Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Sunday 4 October 2009

Turunnya Bhagavad-gita dirayakan di Banyuwangi

Bali Post – Jumat, 26 Desember 2008.
Turunnya Bhagavad-gita
Dirayakan di Banyuwangi

UMAT Hindu Banyuwangi merayakan turunnya kitab suci Bhagavad-gita di Ashram Yayasan Widya Puspita, Tegaldlimo, Banyuwangi, Kamis (25/12) kemarin. Ritual pertama kali di Jawa Timur ini diisi dengan pembacaan Bhagavad-gita selama empat jam dan agni hotra.

Karena terbilang langka, perayaan yang dikenal dengan Gita Jayanti ini cukup menyita perhatian umat. Mereka yang tangkil adalah seluruh peserta didik ashram di dekat Alas Purwo tersebut. Hampir seluruhnya siswa SD dan SMP yang tersebar di lima desa di Kecamatan Tegaldlimo.

Perayaan Gita Jayanti diawali dengan menyanyikan nama suci Tuhan. Menggemakan peralatan musik tradisional, seluruh umat bernyayi riang. Kemudian dilanjutkan menikmati persembahan makanan vegetarian. Puncak ritual ditandai dengan pembacaan Bhagavad-gita dan memuji kebesaran kitab suci tersebut. Isinya, Bhagavad-gita adalah susu rohani yang bisa menyelamatkan manusia dari kegelapan. Dengan bergantian, umat membaca satu sloka dari Bhagavad-gita.

Setelah pemujaan Bhagavad-gita, ritual dilanjutkan dengan agni hotra. Dipimpin seorang pendeta dari Bali, agni hotra diikuti oleh seluruh umat. Pemujaan kapada Dewa Agni itu diisi dengan pembacaan 700 sloka dalam Bhagavad-gita. Prosesi ini membutuhkan waktu empat jam lebih. Dengan semangat, umat mengikuti prosesi ini hingga selesai. Meski masih anak-anak, mereka justru terlihat makin kompak.

Penanggung Jawab Yayasan Widya Puspita, Susiloningsih, mengatakan perayaan ini bertujuan menanamkan kesadaran membaca kitab suci sejak dini kepada anak-anak. “Kami menginginkan generasi Hindu mulai sadar dengan kitab suci. Ini adalah bekal membentuk penerus yang taat,” ujarnya.

Ashram yang terletak di tengah pedesaan ini memiliki anak didik sekitar 100 lebih. Mereka menggelar kegiatan rutin setiap Sabtu dan Minggu. Isinya belajar kitab suci dan berbagai tarian tradisional. “Kami merintisnya sejak beberapa tahun silam. Fokusnya menyiapkan sradha dan mentalitas generasi Hindu,” sambung Susioningsih.

Meski menemui banyak kendala, ashram mungil tersebut mampu meluluskan sejumlah generasi andal. Dengan keterbatasan sarana, proses pembelajaran berlanjut dengan kurikulum berbasis Hindu. Fokus pembelajarannya adalah mengenal lebih dalam filosofi Weda dan praktiknya dalam kegidupan sehari-hari. (udi).


sumber: www.balipost.co.id

No comments:

Post a Comment